MATARAM – Setelah Pemkot Mataram mengizinkan event MXGP digelar di Kota Mataram, antusias masyarakat menyambut perhelatan ajang balapan motocross dunia tersebut makin meluas.
Kehadiran MXGP di NTB menjadi berkah bagi para UMKM dan pedagang kecil. Karena selain menjadi ajang promosi pariwisata Lombok, event tersebut juga membawa keuntungan bagi pedagang yang berjualan di lokasi event.
Berkaca pada tahun 2023 lalu, pedagang kaki lima untung sebanyak 100 persen sepanjang event tersebut berlangsung. Tidak heran mereka menyambut ajang balapan dunia tersebut kembali hadir di tahun 2024 ini.
Pada ajang MXGP seri Lombok 2023, ada sekitar 500 UMKM yang difasilitasi berdagang di lokasi MXGP. Mereka mendapat keuntungan 100 persen dibanding hari normal.
Seorang warga sekitar sirkuit Lingkungan Jempong Kelurahan Ampenan Utara Kecamatan Ampenan, Amidah (50) sebelumnya mengaku MXGP ini sangat bermanfaat untuk pedagang kecil seperti dirinya.
“Kemarin modalnya satu juta. Sekarang sudah dapat Rp 2 juta lebih satu hari ini saja,” ujarnya di hari pertama pelaksanaan MXGP.
Amidah berjualan aneka makanan dan minuman seperti nasi bungkus, kopi, rujak hingga sate. Harga dagangan yang ditawarkan Amidah pun sangat murah. Untuk harga nasi senilai Rp 10.000, kopi Rp 5.000, rujak Rp 10.000 dan air mineral Rp5.000. Ada juga menu lain seperti gorengan Rp 1.000 per biji dan makanan ringan lainnya.
Selain Amidah, Nuraini (37) pedagang kopi di luar Sirkuit MXGP di sebelah selatan Tribun Festival mendapat keuntungan. Meskipun tidak berjualan di bagian dalam sirkuit, dia mengaku ikut mendapat keuntungan.
“Tapi, Alhamdulillah, kami sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini,” katanya.
Dia mengatakan MXGP Lombok telah sukses membawa berkah bagi pedagang kecil seperti dirinya. “Ya, Alhamdulillah lah, kalau dihitung dari pertama itu sudah sampai Rp1 juta lebih. Tapi paling banyak hari ini (Minggu) sudah masuk Rp 800 ribu,” katanya.
Sementara, bagaimana dengan Program Jumat Blondong yang digagas Pj Gubernur NTB, Lalu Gita? Hingga saat ini belum ada dampak yang nyata terhadap UMKM. Padahal dengan kehadiran program tersebut diharapkan dapat menggerakan perekonomian UMKM khususnya UMKM tenun di Lombok.
Dilansir dari suarantb.com, Owner Batik Wastra Daya, Raden Winata Dharma Jaya mengaku program tersebut belum maksimal berjalan.
“Kebijakan daerah supaya lebih dimaksimalkan. Kita lihat memang ada aturan menggunakan tenun atau batik KLU, tetapi program itu kurang maksimal. Banyak ASN yang kita lihat masih menggunakan batik nasional saat bekerja,” katanya.
Dia melihat tidak ada penekanan terhadap kebijakan membeli produk lokal dari program yang digagas Lalu Gita tersebut.
“Sepertinya kurang ada penekanan dalam kebijakan (bela beli produk lokal), pejabat instansi juga masih lalai,” imbuhnya.
“Untuk sementara ini, program Jumat Belondong belum ada dampaknya ke kita. Kunjungan belum ada, begitu pun pembelian kain,” tambahnya.
Sementara dilansir dari EkbisNTB.com, Yuyun seorang UMKM tenun di Kota Bima melihat sejauh ini tidak ada manfaat dari program tersebut. Dia menjelaskan jika hanya sebatas program tanpa ada program lainnya untuk memperkenalkan program tersebut sangat tidak akan efektif.
“Kalau sekedar program takkan efektif, harus ditunjang berbagai event dan bazar,” katanya.
Banyak pelaku UMKM yang belum merasakan dampak secara langsung dari program yang digagas Pj Gubernur NTB tersebut.