Pasangan Bang Abah Mengedepankan Kesetaraan

Oleh: Saptoto (Militansi Relawan Akan Menangkan 02)

MATARAM– Hari pencoblosan pemilihan Gubernur NTB tinggal menghitung hari. Pasangan calon dan para pendukungnya semakin intens melakukan sosialisasi.
Saling claim dan saling sindir antar para pendukung menghiasi laman-laman sosial media. Namun demikian, eskalasinya masih pada taraf kewajaran. Ini tidak lepas dari komitmen para Paslon untuk menciptakan iklim Pilkada yang riang gembira.

“Saling klaim itu biasalah. Saling sindir juga biasa. Perang verbal di dunia politik itu biasa. Yang penting jangan serang personal apalagi fisik,” ujar Saptoto, salah seorang pendukung Pasangan Bang Zul – Uhel.

Ditanya tentang peluang kemenangan pasangan 02 ini, Saptoto sangat optimis. “Kalau bicara peluang saya pikir semua berpeluang. Tinggal bagaimana masing-masing paslon memaksimalkan peluang tersebut,” ujarnya.

Namun demikian tambah dia, ada beberapa faktor yang menjadi pembeda Bang Zul – Uhel dengan Paslon lain. Dan ini adalah nilai plus bagi Paslon 02.

Para pendukung Bang Zul – Uhel sangat militan, karena sepak terjang selama ini. Komitmen keberpihakan Bang Zul dan Abah Uhel kepada rakyat tidak diragukan lagi. Rekam jejak Bang Zul selama lima tahun masih jelas terlihat. Bahkan Abah Uhel 10 tahun menjadi Bupati Lombok Tengah masih dikenang masyarakat Lombok Tengah.

Ditambah jadi anggota dewan dan ketua DPD Golkar membuat Abah Uhel lebih gaul lagi. “Bang Zul dan Abah Uhel itu banyak temannya. Mereka bukan type orang yang suka eksklusivitas. Pertemanan mereka terbangun atas kesetaraan,” terang Saptoto.
“Di komunitas pacuan kuda misalnya. Bang Zul itu berbaur tanpa sekat dengan masyarakat. Debu, aroma keringat tidak membatasi Bang Zul dengan teman-temannya. Padahal dia gubernur lho,” tambahnya.

Demikian juga di komunitas lain, seperti komunitas motor, UMKM dan lainnya. Apalagi di birokrasi, Bang Zul bukan type pemimpin yang membangun iklim atasan dengan bawahan. Tidak mendikte bawahan. Justru cenderung memberi ruang kreasi dan inovasi kepada bawahan. “Salah-salah sedikit tidak apa. Anggap sebagai pembelajaran,” itu kalimat yang sering diujarkan Bang Zul menurut Saptoto.

Demikian juga dengan Abah Uhel. Sampai hari ini, pendukung Abah Uhel lima tahun yang lalu masih terjaga dan sangat militan. Hal ini bisa terjadi karena pola komunikasi yang dibangun adalah atas nilai persabahatan dan kesetaraan.

Rekam jejak Abah Uhel selama 10 tahun jadi Bupati Lombok Tengah masih terlihat sampai sekarang. Dan ini selalu dikenang masyarakat Lombok Tengah.
“Sangat berlebihan kalau ada klaim Iqbal Dinda menang 50 persen lebih di Lombok Tengah,” tegas Saptoto.

Dukungan terhadap Lalu Muhammad Iqbal terbangun karena kekaguman saja. Dan ini sangat rapuh. Gampang sekali tergerus.
Hal ini menurut Saptoto sangat wajar karena Lalu Muhammad Iqbal bagi orang NTB adalah sosok baru. Tidak banyak yang mengenalnya secara pribadi apalagi sepak terjangnya seperti apa?

“Orang kagum karena dia adalah diplomat dan pernah menjadi duta besar,” tandas wartawan senior ini.

“Untung saja Lalu Muhammad Iqbal dapat menggandeng Indah Damayanti sebagai wakil,” ujarnya.

Indah Damayanti kata Saptoto punya pendukung militan yang terbangun oleh keuntungan geopolitik. Bagaimanapun sentimen Bima Dompu cukup kuat untuk membangun militansi dukungan tersebut.
Sedangkan dukungan Rohmi Firin muncul lebih karena “ekslufitas” dengan mengeksplor organisasi NWDI. Dari sisi militansi tidak bisa diragukan lagi. Sangat kuat kohesivitasnya. Tetapi hal ini secara tidak langsung membangun stigma “only NWDI”. Hal ini membuat dukungan dari luar menjadi kurang kuat.

“Umi Rohmi dan tim harus bekerja keras untuk meminimalisir stigma ini,” papar Saptoto.

Dngan berbagai kalkulasi tersebut, saya yakin Bang Zul Uhel akan memenangkan kontetasi ini, pungkasnya.

Back To Top