Oleh: Herianto
Cuaca yang mendung, angin yang tenang, ditemani oleh ombak yang sedang menari-nari bersama kapal, membawa jutaan penumpang ke tujuan pelabuhan Kayangan.
Sekian banyak penumpang yang ada, ada yang fokus ke HP, makan, diskusi, dan ada yang tidur. Di atas kapal, semua orang dikumpulkan untuk memiliki tujuan yang sama.
Ditengah lautan menuju Kayangan, ada pemandangan yang indah. Salah satu daratan yang tiba-tiba berada di tengah lautan, hingga membawa mata dan pikiran tertuju ke arah sana. Namanya pulau Kenawa.
Pulau Kenawa indah, bukan karena banyak bunga yang warna-warni, atau kebun binatang seperti yang ada di Lombok Utara. Pulau Kenawa memiliki ciri khas sendiri, yaitu padang savana dan bukit yang di apit oleh lautan.
Semua orang pengen menginjakkan kaki di pulau Kenawa, dengan segala keterbatasan ekonomi dan kesibukkan. Penumpang di kapal hanya bisa melihat dan membayangkan bagaimana indahnya ketika berada disana. Dimana tidak, untuk menuju pulau Kenawa harus menggunakan boat dan pelabuhan khusus.
Ciptaan tuhan yang indah tidak pernah habis, baik di darat maupun dilautan, dengan segala kekuasaan yang maha esa, yang tidak bisa terjadi dengan pikiran, akan terjadi dengan kekuatannya.
Setelah melewati pulau Kenawa, teriakan ombak menabrak dinding kapal seperti suara Nisya Sabyan yang menyanyikan lagu sholawat. Terlihat dari sejumlah penumpang kapal menikmatinya dengan riang gembira.
Di seberang lautan sana, terlihat jelas arah menjulang tinggi menembus langit dengan kabut kebal yang berusaha menyembunyikan keindahannya. Lihatlah disana, yang jauh tidak bisa digapai dengan tangan, itu namanya gunung rinjani, aset pusaka yang dimiliki oleh pulau Lombok.
Salah satu penumpang kapal mengatakan, hari ini rinjani bukan hanya untuk pulau lombok, tetapi semua wisatawan dunia tertuju padanya. Disana, ada banyak keindahan yang membuat mata dan pikiran tersihir, hingga menjadi amnesia. Bukan karena angker atau horor, rinjani menyimpan banyak kekayaan alam yang indah. Siapapun yang kesana, mendaki sampai berada di puncak, dia tidak ingin pulang, dan akan berambisi untuk mendaki kembali berkali-kali.
Tanaman edelweis yang tumbuh dan berbunga di Rinjani, mampu membuat kesurupan semua pendaki. Berdiri dan berada ditengah ribuan edelweis, mirip seperti berada di surga yang ditemani oleh ribuan bidadari. Setiap langkah kaki berpijak, selalu meninggalkan jejak. Jejak yang ditinggal bersifat semu atau abadi, entah lah. Hanya alam dan seisinya yang bisa menilai.
Penantian panjang akan segera menemui ujungnya. Tidak mudah, bukan tidak mungkin. Perlu kesabaran dan ketaatan untuk menunggu ujung dari penantian. Setelah kapal membelah lautan, akhirnya pelabuhan kayangan terlihat, dalam beberapa puluhan meter kapal akan bersandar.
Pulau kenawa dan Gunung Rinjani, suatu saat kaki ini akan meninggalkan jejak di atas tanahmu, bersamaan dengan kaki seorang perempuan, yang sampai hari ini lautan yang dalam pun belum mengetahui namanya.