MRcom – Puluhan guru besar dari berbagai kampus di Indonesia mengeluarkan petisi mengeritisi Presiden Jokowi yang dinilai melakukan upaya penggembosan tatanan hukum dan demokrasi menjelang Pemilu 2024.
Itu menyusul sikap Jokowi yang akhir-akhir ini condong secara pragmatis mendukung salah satu Paslon Capres-Cawapres, mulai dari mengeluarkan pernyataan presiden boleh kampanye, hingga indikasi Bansos disalahgunakan untuk kepentingan politik. Bahkan jauh sebelumnya ribut-ribut keterlibatan Jokowi di balik putusan MK yang meloloskan putra sulungnya maju menjadi Cawapres.
Seruan civitas akademika mulai dari UGM, UI, UII hingga Unhas mengertisi sikap Presiden Jokowi yang mempertontonkan citra buruk dalam merongrong demokrasi dan hukum di Indonesia.
Berbeda dengan guru besar di sejumlah kampus, para guru besar di Universitas Mataram (Unram) justru belum mengeluarkan sikap mengeritisi Jokowi yang memberlakukan hukum dan demokrasi menabrak konstitusi.
Itu memantik kritik dari mahasiswa Unram sendiri.
Ketua BEM FMIPA Unram 2023, Reza Syaripudin menyayangkan lambannya sikap guru besar di Unram merespon kondisi hukum dan demokrasi yang terancam kepentingan oligarki saat ini.
“Sangat disayangkan, di saat para guru besar dari berbagai kampus sudah bicara, justru guru besar di Unram entahlah sibuk urus apa,” katanya, Jumat, 2/2/2024.
Sibuk Copot Dirut Bank
Reza menyayangkan sikap profesor di Unram yang minim sekali upaya untuk mengawal demokrasi dan hukum untuk lebih bermartabat lagi.
“Kondisi saat ini membutuhkan para guru-guru besar yang seharusnya ikut mengawal dan menjaga demokrasi di Indonesia,” pungkasnya.
Alih-alih ikut mengeluarkan sikap tentang upaya pelemahan demokrasi di Indonesia, Reza mengatakan beberapa guru besar di Unram justru hanya fokus ingin memecat pejabat.
“Coba lihat saat guru besar lain berbicara tentang demokrasi, guru besar kita hanya fokus mau copot dirut bank. Ini kan lucu sekali,” ujarnya.
“Malah sibuk cari-cari wartawan mau diliput untuk ngomong copot dirut bank. Kan aneh ini,” ujarnya.
Reza meminta agar para guru besar di Unram melepaskan kepentingan pragmatis dan fokus untuk ikut berjuang bersama guru besar kampus lainnya menyelamatkan demokrasi di Indonesia.